Translate

Sabtu, 06 Desember 2014

Sejarah Ditemukannya DNA

Walther Flaming, 1882, berhasil mewarnai kromosom yang sedang mengalami pembelahan mitosis. Dan juga berhasil menjabarkan proses kompleks pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel anakan dengan jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom awalnya.

Theodore Boveri, berhasil menjabarkan proses Meiosis yang menghasilkan pengurangan (reduksi) jumlah kromosom secara tepat dari dua set (diploid/2n) menjadi satu set (haploid/n) saat pembentukan gamet (sperm/sel telur) atau gametogenesis.

C. B. Bridge mengemukakan bahwa kromosom merupakan dasar fisik pewarisan, atau pembawa gen unit hereditas.

Sezaman dengan Mendell (1865 - 1870), Friedrich Miescher menemukan NUKLEIN kemudian dirubah namanya menjadi ASAM NUKLEAT sesuai dengan sifatnya yang asam dan terletak di nukleus. Penemuan ini berdasarkan penelitiannya yang sampelnya diambil dari ekstraksi nanah pasiennya di RS. Asam nukleat inilah yang kemudian dikenal sebagai DNA sebagai penyusun Gen yang disilangkan oleh Mendell.

Robert Fuelgen pada awal PD I mengembangkan sebuah metode pewarnaan DNA. Dan mengemukakan bahwa kromosom adalah tempat satu-satunya ditemukannya DNA.

Pada tahun 1920, P.A. Levene menjabarkan sifat-sifat kimia DNA. DNA memiliki unit dasar yang disebut nukleotid (nukleutida) yang tersusun atas sebuah Gula 5 - Karbon (C) yang disebut DEOKSIRIBOSA, satu gugus FOSFAT, dan sebuah basa nitrogen yang bisa jadi Purin (Adenin atau Guanin) ataupun Pirimidin (Timin atau Sitosin). 

   

Hipotesa Levene mengemukakan bahwa jumlah nukleutida dalam DNA ada 4 atau disebut TETRANUKLEUTIDA yang masing-masing nukleutida memiliki basa nitrogen yang berbeda. Dan jumlah basa nitrogen dalam keseluruhan DNA adalah sama.

 
                                         

Erwin Cargaff pada tahun 1940 membantah hipetesa Levene dan mengemukakan bahwa jumlah keempat basa nitrogen utama dalam DNA tidaklah sama namun memiliki variasi yang cukup besar. Dan membuat peraturan konstan yang berlaku dalam keberagaman basa-basa tersebut yaitu:
1. Jumlah Adenin (A) basa Purin selalu sama dengan jumlah Timin (T) basa Pirimidin
2. Jumlah Guanin (G) basa Purin selalu sama dengan jumlah Sitosin (C) basa Pirimidin
3. Jumlah Adenin + Guanin selalu sama dengan jumlah Timin + Sitosin
Sehingga jumlah DNA pada semuasel-sel somatis suatu organisme selalu sama. Dan jumlah DNA pada semua sel-sel gamet separo dari jumlah sel-sel somatik.

Hubungan komplementer menjelaskan temuan Chargaff,dimana Adenin merupakan basa komplementer dari basa Timin. Guanin dan Sitosin juga merupakan basa-basa komplementer.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Pustaka

Fried, and Hadermenos, Schaum's Outline of Theory and Problems of Biology, second edition, Terj. Damaring Tyas, Jakarta, Erlangga, 2006

Novianto, Kamus Lengkap 15 Milyar, Jakarta, Bringin 55

http://www.talkenglish.com

http://www.letspeakenglish.info

Flag Counter

Entri Populer

IKLAN 1

Hosting Unlimited Indonesia

IKLAN 2

ustad yusuf mansur